Investor asing mendominasi
investasi indonesia sepanjang tahun ini. Menurut data investasi yang dirilis
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) realisasi investasi tahun 2019
mencapai Rp. 298,1 triliun seperti dikutip dalam Beritagar.id, Senin,
(01/08/2016). Dari jumlah itu, penanaman modal dalam negeri hanya mencapai Rp.102,6
triliun. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) hampir dua kali lipatnya, Rp.
195,5 triliun atau sebesar 65,6%. Berkat PMA yang melimpah ini, bahkan menurut
perhitungan BKPM, mampu menyerap 458.310 orang tenaga kerja.
Dalam paruh pertama selama
lima tahun ini, Singapura selalu menjadi investor asing terbesar. Dalam rentang
enam bulan dari Januari-Juni 2016, menggelontorkan USD 4,9 Miliyar, atau kalau
dirupiahkan sebesar Rp. 64 triliun. Jumlah ini setara dengan 34,76% dari total
PMA. Lalu disusul Jepang dengan investasi USD 2,9 miliyar, Hongkong USD 1,1
miliyar, Tiongkok USD 1 miliyar, dan Belanda USD 0.6 miliyar.
Menurut catatan BPKM, investor
asing banyak melirik investasi di sektor industri kertas, barang dari kertas,
dan pecetakan. Dalam tiga sektor ini ada uang USD 2,4 miliyar atau setara Rp.31,5
triliun. Selain itu ada dari industri logam dasar, barang logam, mesin dan
elektronik, industri kimia bahkan industri alat angkutan dan transportasi juga
berhasil menarik uang asing sebesar USD 1,3 miliyar. Hingga sektor makanan pun
ada uang USD 1,0 miliyar yang diolah
Berkat banyaknya investor
asing, bisa membuka lapangan pekerjaan baru dan menyerap banyak tenaga kerja.
Salah satu daerah yang banyak menampung guyuran investasi asing adalah Jawa Barat.
Mereka menerima dana investasi sebesar USD 2,8 miliyar. Lalu disusul Sumatera Selatan,
Banten, Jakarta serta Jawa Timur. BPKM mencatat pertumbuhan investasi asing
mencapai 12,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tapi jangan khawatir, walaupun
banyak investor dari luar negeri, investasi yang berasal dalam negeri juga
mengalami peningkatan sebesar 20,1% pada tahun 2016. Pada tahun itu saja investasi
mencapai Rp. 102,6 triliun dan menyerap 223.599 orang tenaga kerja. Seperti
dikutip dalam TribunSolo.com, Rabu, (22/05/2019), Bursa Efek Indonesia (BEI)
Surakarta membukukan jumlah investor soloraya saat ini mencapai angka 27.030. Jumlah
itu terus berkembang hingga sekarang dan terus mengalami peningkatan investor
lokal.
Tahun 2018, Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) melaporkan bahwa relisasi PMA (Pananaman Modal Asing) tercatat
hanya Rp.392,7 triliun pada 2018, atau turun 8,8% dibandingkan relisasi PMA
pada tahun 2017. Beliau juga mengatakan turunnya investasi di Indonesia
disebabkan oleh guncangan global yang terjadi sepanjang tahun 2018. Ditambah,
situasi nasional yakni ada pemilu setrenal, sehingga memunculkan kekhawatiran.
Terutama, dalam regulasi sektor dengan orientasi jangkap anjang seperti migas,
manufaktur, perkebunan dan transisi perizinan. Guncangan tersebut terjadi karena perang
dagang antara Amerika Serikat dengan China. Selain itu, ada juga kebijakan
normalisasi moneter di Amerika Serikat. Mengakibatkan mata uang rupiah semakin
melemah karena banyaknya modal asing yang keluar karena dollar AS semakin kuat.
Saat ini, pemerintah sedang
melakukan banyak upaya untuk menaikkan kembali nilai tukar rupiah. Pemerintah
sedang mendorong investasi asing untuk menanamkan modalnya kembali di Indonesia
untuk dibeberapa bidang. Selain untuk pembangunan infrastuktur, langkah ini
juga untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Dengan adanya kebijakan tersebut, diharapkan
potensi penanaman modal asing (PMA) untuk berinvestasi di Inonesia akan semakin
luas dan banyak untuk diberbagai bidang. Selain itu, juga untuk meningkatkan
iklim investasi di Indonesia. Sebelumnya pemerintah menyebutkan terdapat 54
bidang sudah dikeluarkan dari daftar DNI. Itu artinya, akan memberikan peluang
investasi 100% untuk modal asing. Selain itu, pemerintah juga melakukan upaya
lain seperti pemberian pemangkasan pajak hingga memberikan kemudahan ekspor dan
impor
Meskipun menurun, menurut Sri
Mulyani menilai bahwa investasi asing yang masuk ke dalam negeri masih dalam
prospek yang menjanjikan. Menurutnya, justru dengan kondisi tersebut menjadi
tantangan ekonomi untuk indonesia tahun ini. Sri Mulyani meyakinkan iklim
investasi asing di Indonesia masih menjanjikan dan peretumbuhan investasi dalam
negeri masih cukup sehat, dan kuat. Meskipun menjajikan Sri Mulyani menyebutkan
pihaknya akan tetap mengevaluasi laporan dari BKPM dan dia mengatakan akan
terus fokus membuat kebijakan untuk akselerasi investasi.
Namun, kebijakan tersebut
menuai polemik di masyarakat. Mereka menganggap pemerintah terlalu pro dengan
investasi asing dan tidak melihat kepentingan pengusaha nasional. Ketua Umum DPD
Himpunan Penguasa Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang
mengungkapkan kekhawatiran mengenai kebijakan tersebut terutama untuk pebisnis
skala kecil. Beliau mengatakan, jika kebijakan ini benar adanya maka itu bisa
menjadi ancaman serius terutama bagi UKM. Suatu saat UKM kita bukan lagi
menjadi pemain tapi hanya sebagai penonton. Sarman Simanjorang meminta Pemerintah
Indonesia untuk mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut sebelum mulai
diberlakukan secara maksimal. Pihaknya juga mengatakan agar pemerintah tidak
memberikan persaingan terbuka antara UKM lokal dan investor asing. Ia
mengkhawatirkan UKM kita akan kalah karena investor asing sudah pasti memiliki
modal yg lebih kuat, SDM yang lebih terlatih, dan tentu saja teknologi yang
lebih kuat dan jaringan pemasaran yang lebih luas.
Banyaknya investor asing lebih
banyak memberikan untung. Kita sangat bergantung kepada investor asing. Sebab
jika hanya mengandalkan dana dari bumn akan sangat kurang dan pertumbuhan di Indonesia
akan berjalan lambat. Masyarakat Indonesia juga tidak perlu khawatir UKM lokal
akan kalah dengan investor asing. Saat ini jumlah investor saham soloraya di
kuartal pertama 2019 bahkan tumbuh hingga 30%. Jumlah terebut juga atas peran
aktif milenial yang mulai melek akan investasi saham. Kepala BEI Surakarta
M.Wira Adibrata berujar yakni di antaranya melalui event nasional ten
days challenge, challenge bagaimana meningkatkan jumlah investor
dalam waktu 10 hari. Dan mereka membuktikan dengan peningkatan investor sebesar
104 orang selama 10 hari tersebut.
Dengan demikian, Indonesia masih
perlu investasi asing untuk pertumbuhan ekonomi. Masyarakat tidak perlu
khawatir tentang banyaknya investor dari luar negeri. Kalau dilihat dari data
2016 bukankah itu menguntungkan?. APBN kita sangat terbatas, kita tidak bisa
hanya mengandalkan investor dalam negeri saja. Ekonom Institute for Development
of Economics and Finance(Indef) Fahil Hassan sempat mengatakan soal jika
ada calon presiden (capres) yang anti-keberadaan pihak asing bukanlah sikap
yang tepat. Pasalnya kata beliau, Indonesia masih butuh modal untuk menaikkan
pertumbuhan ekonomi. Indonesia adalah negara berkembang. Indonesia masih butuh
bantuan dari negara lain. Negara seperti Vietnam dan Singapura kenapa bisa
berkembang pesat, karena mereka ramah terhadap investasi asing. Tapi jangan lupa
juga dengan investor lokal yang saat ini mulai berkembang juga. Investor asing
dan investor lokal dua-duanya sangat penting untuk pembangunan indonesia.
2 Comments
Informatif ka
ReplyDeletemakasih kak informasinya
ReplyDelete